Ini adalah salah satu contoh nyata dari apa yang dimaksud para ahli pertanian kita mengenai "pertanian hendaknya dilihat sebagai industri yang bergerak dari hulu ke hilir". Semua orang Indonesia tau kalau singkong bisa dikategorikan sebagai makanan pokok orang Indonesia, selain nasi atau jagung. Tapi, tidak semua orang tahu kalau singkong kini bisa diolah sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Tepatnya, sebagai bahan baku alternatif pembuatan bioetanol. Ya! Balai Besar Teknologi Pati (B2TP) Lampung lah yang mengembangkan riset ini.
Proses pembuatan bioetanol, dimulai dengan memarut singkong menjadi bubur singkong seperti proses pembuatan tepung tapioka. Bedanya, jika pada proses pembuatan tepung tapioka dilakukan ekstraksi, maka pada pembuatan tepung tapioka dilakukan proses hidrolosis. Hidrolosis adalah proses yang mengubah kandungan pati menjadi glukosa. Cairan gula selanjutnya dimasukkan ke dalam tangki fermentasi yang telah dilengkapi dengan pendingin dan dicampur dengan biakan mikroba. Hasil fermentasi ini akan menghasilkan etanol berkadar 8-11%.
Proses selanjutnya adalah distilasi untuk mendapatkan etanol dengan kadar alkohol 95-96%. Untuk mengurangi kadar airnya, etanol harus melalui proses dehidrasi guna mengurangi kadar air yang masih mencapai 4-5% hingga menghasilkan bioetanol berkadar alkohol 99%. Kabarnya, mobil yang memakai bahan bakar gasohol (gasoline alcohol), lebih sedikit menghasilkan emisi karbon monoksida dibandingkan dengan mobil yang menggunakan bahan bakar premium.
Jika program Gasohol berjalan dengan dukungan pemerintah dan rakyat, petani singkong mungkin akan dapat meningkatkan produksinya dengan menjual seluruh singkong produksi mereka ke pabrik-pabrik bioetanol. Peluang bagus, kan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar