Oleh
: Bambang Hidayat
Makna yang tersirat dari topik kita
kali ini adalah suatu negara yang baru lahir kembali (bersih, damai, sejahtera,
makmur, kuat, kaya, maju). Layaknya baju baru sudah pasti membuat pemakainya
lebih percaya diri karena merasakan suasana yang jauh berbeda dengan yang
lama... apakah anda setuju dengan saya mengenai hal ini? Opss... kalau anda
tidak setuju. Itu hak anda, namun anda dan saya mungkin tidak akan berbeda
pendapat bahwa yang baru itu jauh lebih baik.
Topik kita kali ini sangat erat kaitannya
dengan hari kemenangan kita sebagai umat muslim yaitu hari raya Idul Fitri, 1
Syawal 1434 H kemarin. Setelah 1 bulan lamanya jiwa dan raga kita digembleng
oleh Allah SWT di bulan Ramadhan, bulan suci-bulan ampunan. Setiap muslim yang
benar-benar khusyuk dalam menjalani gemblengan ini tentu akan merasakan sesuatu
yang baru baik bagi jiwanya maupun raganya. Mengapa demikian? Karena, setiap
muslim yang khusyuk akan berlomba-lomba memaknai bulan suci Ramadhan dengan
ibadah-ibadah wajib maupun sunnah. Semakin tekun shalat lima waktunya ditambah
lagi shalat tarwih dan witir serta tadarusan Al-qur’an. Hal ini terjadi karena
di bulan suci Ramadhan semua bentuk amalan yang kita lakukan dengan niat
mengharap ridha Ilahi, sungguh sangat besar ganjaran/pahala yang Allah berikan
kepada kita bahkan Allah sendirilah yang akan membalasnya kelak di akhirat.
Amin
Tentu anda masih ingat dengan ungkapan
: Jika kondisi anda saat ini lebih buruk dari yang kemarin, anda benar-benar
orang yang celaka. Apatah lagi jika
kondisi anda saat ini sama dengan yang kemarin, anda benar-benar orang yang
merugi. Apakah kita ingin menjadi orang-orang yang celaka dan merugi
sebagaimana yang digambarkan oleh ungkapan di atas? Tentu setiap manusia yang
memfungsikan akal dan hatinya dengan sebaik-baiknya tidak ingin hal itu menimpa
dirinya. Kecuali anda tidak memiliki akal dan hati. Hehehe...Kita selalu ingin
keadaan kita saat ini lebih baik dari yang kemarin, agar kita benar-benar
beruntung. Amin
Eits... kembali maning ke topik kita
“INDONESIA BARU”. Kalau kata tukul
kembali ke laptop... top...top... kalau kata gue apa ya...? kembali nulis aja,
loe buat sobat blogger kembali baca lagi tulisan ini. Hehehe... tarik napas
dalam-dalam ya.
Gambaran “INDONESIA BARU” yang saya
maksudkan adalah sebagaimana halnya kembalinya jiwa dan raga kita kepada
fitrahnya (suci,bersih) seperti sehelai kain putih polos tanpa noda. Pemaknaan
memen lebaran Idul Fitri harus terpatri dalam di lubuk sanubari setiap muslim
Indonesia mulai dari yang berprofesi sebagai presiden,DPR, gubernur,
bupati,konglongmerat,kongklong melarat, guru, dosen, penjual somay, rakyat
jelata. Intinya apapun makanannya minumnya teh botol sosro. Weleh-weleh kok
tambah nglantur ya... bukan itu maksud saya. Tapi yang saya adalah apapun
profesi kita mulai dari pemimpin sampai rakyat jelata sekalipun harus
menanamkan di jiwa mereka bagaimana mempertahankan ke-fitrahan itu dalam
membangun bangsa ini menjadi lebih baik. Pemimpin yang baik harus lebih
mengerti nasib rakyatnya, hindari KKN (kolusi, korupsi dan nepotisme) jangan
sampai karena perbuatan keji itu seluruh amalan kita yang telah lalu tidak
diridhai Allah SWT. Na’udzubillah... jadilah
pemimpin yang mengayomi dan memperjuangkan nasib rakyat bersifat adil & amanah
adalah contoh yang di berikan baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Contoh lah
beliau, sebab hal ini telah termaktub di dalam Al-Qur’an :
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak
menyebut Allah.”(AL-AHZAB:21)
Untuk apa berkiblat pada barat-kafir,
kalau dalam Islan sendiri sudah komplit. Saya pikir kita tak perlu lagi mencari
contoh-contoh demokrasi paslu ala Barat. Mudah-mudahan pemimpin kita dibukakan
hatinya oleh Allah SWT. Amin
Lagu bagaimana dengan kita sebagai
rakyat jelata. Kita harus membangun “INDONESIA BARU” dengan nilai-nilai Islam.
Patuh kepada pemimpin itu hukumnya wajib, taat membayar pajak, mematuhi seluruh
peraturan negara. Menjadikan negara ini gemah ripah lojinawe. Jangan suka
bentrok antar sesama, main sikat-main sikut tak pandang bulu bukan ciri
masyarakat Islam. Tapi gotong royong untuk mempererat silaturahmi dan persatuan
bangsa dalam memwujudkan “INDONESIA BARU” jauh dari kepalsuan.
Saudara-saudara, untuk mewujudkan
“INDONESIA BARU” tidak lah semudah membalikan telapak tangan. Namun, hal itu
membutuhkan waktu yang tidak singkat. Lalu apa yang dapat kita lakukan
sekarang? Waduh... serius banget, sampai mulai kerutan tuh wajah. Masalah
“INDONESIA BARU” memang masalah yang serius dan perlu mendapat penanganan yang
cerdas. Ini tidak hanya tanggung jawab pemimpin kita namun masalah kita
bersama. Solusi terakhir yang dapat saya tawaarkan adalah dengan cara mendalami
Islam secara menyeluruh dan mengimplementasikannya dalam seluruh aspek
kehidupan kita. Sudah jelas bahwa pedoman kita sebagai umat Islam : “Al-qur’an
dan Sunnah”.
Kita dambakan “ INDONESIA BARU” yang
maju, bersih, adil, makmur, damai, sejahtera, displin, dan berkiblat pada
Al-qur’an dan sunnah. Sekian dulu
ya...semangat bro...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar